Hijrah
catatan Pengajian Rabu, 1 Feb06
Al Anfal (8): 72 - 73
------------------------------------------------------------------------
States of art
Ini adalah ayat yang paling lengkap dalam menceritakan peristiwa hijrahnya Nabi dari Mekkah ke Madinah, termasuk mengenai apa yang terjadi di situ, dan apa yang diinginkan Allah sehingga ayat ini diturunkan kepada kita. Mengapa Hijrah masih harus kita bahas dan pelajari padahal peristiwanya sudah berlalu ratusan tahun yang lalu? Pastinya ada pelajaran atau hikmah yang dapat kita ambil.
Ayat 72
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُواْ وَهَاجَرُواْ وَجَاهَدُواْ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللّهِ وَالَّذِينَ آوَواْ وَّنَصَرُواْ أُوْلَـئِكَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ وَالَّذِينَ آمَنُواْ وَلَمْ يُهَاجِرُواْ مَا لَكُم مِّن وَلاَيَتِهِم مِّن شَيْءٍ حَتَّى يُهَاجِرُواْ وَإِنِ اسْتَنصَرُوكُمْ فِي الدِّينِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ إِلاَّ عَلَى قَوْمٍ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُم مِّيثَاقٌ وَاللّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُواْ (sesungguhnya orang2 yang beriman) وَهَاجَرُواْ(dan berhijrah) وَجَاهَدُواْ (dan berjihad) بِأَمْوَالِهِمْ (dengan harta mereka ) وَأَنفُسِهِمْ (dan dengan diri mereka) فِي سَبِيلِ اللّهِ (dijalan Allah) وَالَّذِينَ آوَواْ (dan orang2 yang memberikan perlindungan kepada mereka; memberikan misalnya rumah/akomodasi)وَّنَصَرُواْ (dan memberikan pertolongan kepada mereka) أُوْلَـئِكَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ
Background
Ini memberikan penjelasan kepada kita, kalo satu kelompok harus menolong kelompok yang lain. Ini sangat relevan dengan keadaan umat islam kita sekarang di indonesia yang berkelompok-kelompok (NU, Muhammadiyah, Hizbuth Tahrir dll).
Demikian juga halnya dulu di Mekkah dan Madinah. Pada saat itu kelompok yang paling besar adalah Muhajirin dan Anshar, dan yang lebih kecil lagi adalah suku2 arab yang kemudian tergabung dalam Muhajirin dan Anshar. Mereka itu bahu-membahu; sebagian mereka menjadi pelindung/penolong bagi sebagian yang lain.
Inti
Hijrahnya Nabi Muhammad merupakan peristiwa yang sangat besar. Para Orientalis (Barat) tidak habis mengerti, bagaimana sebuah gerakan yang hanya dimulai oleh satu orang saja (Nabi), dari nol, dari dirinya sendiri, yang berada pada lingkungan yang jahiliyah, dalam kurun waktu hanya 13 tahun, mampu mebentuk sebuah peradaban Madaniyah (people society) di Madinah, yang terpancar ke seluruh dunia, dan meredupkan peradaban Persia dan Romawi. Hal serupa tidak pernah ada dalam sejarah sebelumnya. Apa yang bisa dilakukan hanya dalam 13 tahun? Apa kunci keberhasilannya?
Untuk perbandingan, mari kita lihat Indonesia. Apa yang bisa diperbuat Indonesia dalam waktu 13 tahun? Setelah dijajah selama 300 tahun oleh Belanda, kita telah merdeka selama 60 tahun. Tapi jangankan untuk dapat mencapai masyarakat madani, kita bahkan morat marit dengan hutang 1300 triliun. Bahkan kita harus ngutang 78 triliun setiap tahunnya untuk menutup defisit APBN. Bayangkan, betapa tidak terselesaikan masalah kita.
Sementara bila kita ibaratkan Nabi Muhammad mulai berdakwah pada tahun 1990, maka pada tahun 2003 sudah terbentuk masyarakat madani. Yang kemudian perlu dilakukan selanjutnya adalah menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara lain. Maka pertanyaan besarnya : apa kunci keberhasilan tersebut?
Hijrah, dapat diartikan sebagai gerak atau berpindah. Tapi gerak itu harus harmonis, agar terarah, dan dapat melahirkan great effect(dentuman yang besar). Kalo dia hanya sekedar bergerak saja tapi tidak dibarengi harmoni, dia tidak akan melahirkan great effect.
Kalau kita analogikan dengan musik maka karya yang indah dan dapat dinikmati hanya dapat dilahirkan bila ada harmoni antara ritme drum, nada insturment dan lirik vokalnya. Baru itu menjadi indah sekali.
Hijrah nabi merupakan perpindahan dari satu titik ke titik lain yang harmoni dalam pergerakannya. Bagaimana harmonisasi itu dapat tercapai? Kepemimpinan Nabi, dan kepatuhan umat pada kepemimpinannya, dalam wilayah kenabian.
Titik tertinggi seorang yang beriman adalah kepatuhan.
Walupun dia beriman, kalo dia tidak ikut hijrah dengan kami, tidak boleh masuk wilayah kami!! (wilayah kenabian) nah wilayah kenabian inilah yang mendukung terlahirnya harmoni, sinkronisasi sedemikian terciptalah بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ (sebagian bahu membahu menolong bagian yang lain).
Kalo ini diterapkan di sini, di Indonesia, Muhamadiyah, NU, Persis dan lain-lain bahu membahu. Luar biasa efeknya. Bisa meledak sebuah peradaban, melebihi fenomena China sekarang ini.
Intinya sekali lagi di situ penggunaan kata أُوْلَـئِكَ mereka itu berhasil karena
بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ sebagian menjadi penolong bagi yang lain, bukan sebaliknya, bukan sebagian menjadi pencela yang lain.
Padahal saat itu sangat jauh jarak dan perbedaan diantara orang-orang madinah dan mekkah, mereka benar2 plural, diverse, suku2nya sangat berbeda, tapi mereka bisa berbaur, kompak dan bersatu.
Sementara, pembauran antara orang tionghoa dengan orang pribumi di Indonesia masih belum bisa terjadi, walaupun sudah ratusan tahun orang china berada di Indonesia.
Menurut ilmu Sosiologi, diperlukan beberapa tahap/proses sebelum dapat terjadinya asimilasi atau pembauran, yaitu interaksi, tension (ketegangan/konflik/culture of tension), adjustment/penyesuaian (dalam penyesuaian itu terjadi adaptasi), akulturasi dan kemudian terjadilah asimilasi, hingga kemudian terbentuk budaya baru.
Namun pada peristiwa hijrah Nabi, asimilasi langsung terjadi tanpa melalui runtutan tahap-tahap sebelumnya seperti pada teori sosiologi. Bahkan asimilasi yang terjadi sungguh luar biasa, benar-benar sebagian menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Kaum Anshar membagi tanahnya, rumahnya, pekerjaannya kepada Kaum Muhajirin (termasuk, kaum Muhajirin yang belum bawa istri diberikan istri oleh kaum Anshar J). Semua itu terjadi karena adanya kepimipinan yang solider di sini, kepemimpinan Rasulullah saw.
Lanjutan ayat 72
وَالَّذِينَ آمَنُواْ وَلَمْ يُهَاجِرُواْ مَا لَكُم مِّن وَلاَيَتِهِم مِّن شَيْءٍ حَتَّى يُهَاجِرُواْ وَإِنِ اسْتَنصَرُوكُمْ فِي الدِّينِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ إِلاَّ عَلَى قَوْمٍ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُم مِّيثَاقٌ وَاللّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
وَالَّذِينَ آمَنُواْ (dan orang2 yang beriman) وَلَمْ يُهَاجِرُواْ (tapi belum mau berhijrah bersama kamu muhammad) مَا لَكُم مِّن وَلاَيَتِهِم مِّن شَيْءٍ (maka kamu tidak berhak/kamu tidak boleh masukkan mereka ke dalam wilayah kamu)
Jadi ada batasan wilayah, atau jangkauan kepemimpinan di sini. Sebagai muslim, kita harus patuh pada Rasulullah agar dapat masuk dalam wilayah kenabian. Bila tidak, maka kita masuk ke dalam golongan مَا لَكُم مِّن وَلاَيَتِهِم مِّن شَيْءٍ (mereka tidak berhak masuk wilayah kamu, sampai mereka mau berhijrah; mau patuh terhadap kamu).
حَتَّى يُهَاجِرُواْ وَإِنِ اسْتَنصَرُوكُمْ فِي الدِّينِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ (tapi kalo mereka membantu kamu dalam hal agama, maka kamu wajib membantu mereka); walaupun mereka tidak hijrah إِلاَّ عَلَى قَوْمٍ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُم مِّيثَاقٌ (kecuali atas suatu kaum yang antara kamu dengan mereka ada perjanjian); perjanjian yang menyebabkan mereka tidak usah hijrah وَاللّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (Allah Maha Mengetahui dan Maha Melihat).
Skarang kita lihat bahwa penekanan ayat ini bukan pada hijrahnya tapi pada
بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ
Ayat selanjutnya (Al Anfal (8): 73)
وَالَّذينَ كَفَرُواْ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ إِلاَّ تَفْعَلُوهُ تَكُن فِتْنَةٌ فِي الأَرْضِ وَفَسَادٌ كَبِيرٌ
وَالَّذينَ كَفَرُواْ (Dan orang2 kafir) بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ (mereka juga ternyata bahu membahu); sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain.
Coba lihat kompaknya negara2 pemegang VETO menghukum Iran, kompaknya Amerika dengan Uni Eropa untuk tidak mendukung Hammas (Palestin), begitu Hammas menang, bantuan dihentikan, kira2 begitu lah.
إِلاَّ تَفْعَلُوهُ illa di sini bukan kecuali tapi (jika anda tidak melakukan seperti itu; maksudnya tidak melakukan بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ
Disini kita bisa lihat bahwa sekali lagi ayat ini benar-benar menekankan pada saling bahu membahu.
Jika kita lihat sekarang di indonesia, umat islam satu dengan yang lain, saling mencela, saling membid’ahkan.
Contohnya (pengalaman ustad) usai pengajian pernah ditanya “Qunut itu bid’ah atau tidak?”, ustad bingung kok kenapa dia ditanya hal sperti itu, bukannya ditanya masalah “gimana cara mengurangi utang luar negeri indonesia”. Itu adalah pertanyaan yang diperdebatkan 1000 tahun yang lalu, antara maliki dan syafii. Kalo dipertanyakan2 lagi, kapan kita akan berpikir, nanyanya soal2 itu aja terus.
Anggaplah persoalan itu sudah selesai. Kalo sepakat dengan imam syafii, ya sunat muakad, kalo dengan muhammadiyah ya bid’ah. Kita tinggal ikut saja.
Yang harus dipikirkan adalah bagaimana kita membuat pendidikan orang islam ini bagus? kalo nanyanya soal2 itu saja, kapan umat islam ini bisa maju? Anggaplah persoalan itu sudah selesai, titik.
Pertanyaannya seharusnya adalah bagaimana membuat orang islam pendidikannya bagus, ekonominya meningkat, yang dikirim ke luar negeri jangan pembantu tapi yang pendidikannya tinggi?
Tapi itu menunjukkan bagaimana umat islam di kita itu belum maju. Sementara orang2 Amerika meluncurkan pesawat ulang alik tak berawak untuk menangkap debu2 sisa big bang.
Dan juga kemaren kita lihat, para planet hunter menemukan planet baru yang mirip bumi, planet tatasurya lain, yang ditemukan dengan teori pembelokan cahayanya Einstein. Betapa majunya mereka, betapa tertinggalnya kita.
Kita nanyanya masih, Ustad kalo ke bulan kiblatnya ke mana? Ustad kalo sholat tangannya goyang-goyang nggak? Goyang2nya kenceng nggak? Goyangnya kiri kanan, atas bawah, atau muter2? Tidak henti2nya pertanyaannya.
Ironi sekali kita punya masyarakat. Jelas2 masalah real didepannya itu pengangguran, gizi buruk, pembantu rumah tangga diperlakukan dikasari, trafikking di perbatasan. Kok pertanyaannya masalah kumur2 saat puasa.
Islam yang dikembangkan/dipelajari tidak sesuai dengan realitas masalah yang kita hadapi. Islam sekarang tidak memberikan respon terhadap permasalahan sosial. Padahal pada zaman nabi Islam justru sangat respon terhadap problem sosial. Misalnya,ketika ada perbudakan, Islam muncul untuk membebaskan perbudakan).
Intinya ayat ini بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ Orang kafir pun بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ
إِلاَّ تَفْعَلُوهُ Kalo kalian orang beriman tidak melakukan seperti itu
تَكُن فِتْنَةٌ فِي الأَرْضِ (Niscaya akan terjadi kerusakan di muka bumi); dan ini yang terjadi sekarang وَفَسَادٌ كَبِيرٌ (terjadi kerusakan yang besar)
Amerika seenaknya saja menginvasi sebuah negara, karena tidak ada lagi yang mengimbangi kekuatan mereka. Satu-satunya trik, jika negara2 islam OPEC itu bahu membahu memainkan peranan dalam distribusi minyak, bisa jadi goyah itu amerika. Jadi intinya sekali lagi بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ
Makanya pengajian kita tidak mempermasalahkan hal2 hilfiyah. Silahkan mau datang pakai jilbab atau tidak. Yang salah itu tidak datang sama sekali.
Menurut ustad; seburuk-buruknya seseorang kalo dia masih mau ngaji, lebih baik daripada sebaik-baiknya orang yang sudah TIDAK MAU lagi ngaji.
Karena iblis itu kekurangannya, pdahal dia sudah sampai wilayah malakut, berdialog dengan Tuhan, salahnya adalah MERASA CUKUP, sehingga jatuhlah kedudukannya.
Itu pula yang dikecam dalam Al Qur’an (kalla innal insana layatgo arro ahus tagna) manusia itu angkuh, ego kalo sudah merasa cukup, sehingga lahirnya kata (istigna) stagnan.
Kita disini tidak membicarakan, apakah sesampainya di rumah pada gunting celanannya (ngatung), atau semua orang sudah kunut-atau tidak kunut, tapi di sini kita membicarakan agenda-agenda islam ke depan (semua itu masalah furuiyah). Itu bukan gambaran kemajuan islam.
Karena ukuran kemajuan islam adalah masalah mind, mind set, sehingga pengajian kita adalah bagaimana men-set mind kita untuk maju.
Bayangkan kalo dulu Nabi datang untuk membeberkan masalah furuiya, Pasti tidak akan berdiri Madinah seperti saat itu selama 13 tahun. Kalo masalah furuiya saja, paling2 hanya masalah wudhu saja yang terbahas (karena panjang bahasannya bab wudhu itu, dari mulai thaharah, sumber air, jumlah air, dijilat anjing bejananya dst).
Pasti yang dibicarakan Nabi selama di Mekkah. Bagaimana kita membangun nanti di Madinah, membangun peradaban, menghentikan arogansi romawi, menghentikan arogansi persia, sehingga para sahabat pun semangat.
Pesan dan kata inti pengajian di akhir ini adalah marilah kita بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ
------------------------------------------------------------------------
disalin oleh Elin Haryanto